Maret 2013 - Universitas Kehidupan Islam
Headlines News :

Jumat, 29 Maret 2013

Sabar Tidak Ada Batasnya

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Menjelang tidur cobalah kita untuk merenungkan apa saja yang telah kita lakukan hari ini. Berapa banyak amal kebaikan yang kita perbuat, dan berapa banyak dosa yang kita lakukan. Dengan begitu kita akan selalu mengoreksi diri, agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang kesabaran.
Saat kita sedang marah, entah itu kepada pasangan, teman, saudara atau siapapun, kadang kita merasa sangat jengkel dan berkata "Kesabaran saya sudah habis...!!!" atau "Kesabaran orang itu ada batasnya...!!!".
Tapi tahukah Anda bahwa sebenarnya kesabaran itu tidak ada batasnya? Saat kita berada dalam keadaan marah, banyak persoalan yang dihadapi, lalu kita mencoba untuk bersabar, tapi kemudian kita tidak bisa bersabar, maka bisa dikatakan kita belum sabar atau bahkan tidak sabar.

Memang mudah mengucap kata "sabar", tapi dalam penerapannya sangat sulit. Dibutuhkan latihan untuk dapat bersabar yang sesabar-sabarnya. Apa lagi kita sebagai orang biasa, bahkan seorang nabi-pun memiliki sikap tidak sabar. Dikisahkan ketika Nabi Adam a.s diciptakan, (kita ketahui bahwa Nabi Adam a.s diciptakan dari tanah) begitu jazad Nabi Adam a.s dimasukkan roh, belum sempat tanah itu mengering Nabi Adam sudah ingin bergerak. Mungkin itulah yang membuat kita sebagai keturunannya juga memiliki sikap tidak sabaran.

Tapi belajarlah dari Nabi Ayub. Dalam Al-Qur'an Allah telah memuji kesabaran Nabi Ayub, sebagaimana tersurat dalam Al-Qur'an,
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)


Sabar itu memang susah,, sabar itu melelahkan,, tapi sabar itu indah... Karena Allah bersama orang-orang yang sabar. Selalu belajar untuk bersabar, bersabar dan terus bersabar. Karena "Bukanlah Kesabaran kalau masih mempunyai batas".

Cukup sampai disini pembahasan kita kali ini, semoga kita selau termasuk dalam orang-orang yang sabar.


Salam UNKHIS....
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Kamis, 28 Maret 2013

Arti Cinta Sejati

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Apa kabar rekan-rekan Mahasiswa UNKHIS? Bertemu dengan dosen siapa hari ini? Kami yakin pasti banyak pelajaran berharga hari ini.

Pada pembahasan kali ini kita akan belajar "kelas cinta". Wah,, pasti banyak yang semangat kalau kita membahas tentang cinta, apalagi para mahasiswa muda kita.

Ok, langsung saja kita mulai materi pelajaran kita kali ini.

Kisah Rabi'ah Al-Adawiyah, wanita sufi
Ketika Rabi'ah ditanya tentang hakikat imannya, ia menjawab,
"Aku tidak beribadah kepada Allah karena takut kepadaNya.
Sehingga aku serupa saja dengan budak/pelayan yang buruk
yang bekerja dengan rasa takut terhadap majikannya.
Aku beribadah bukan karena mengharapkan surga sehingga aku
serupa dengan budak yang buruk yang diberi sesuatu untuk
pekerjaannya.
Tetapi aku beribadah kepada Allah karena cinta dan rinduku kepada-Nya."

Kisah seorang Arab badui
Seorang arab badui memasuki memasuki masjid lalu shalat.
Amirul Mukminin dan Ali bin Abi Thalib r.a memandangnya dengan penuh
perhatian. Seusai orang itu shalat, sambil memegang cambuk, Ali r.a.
mendekatinya dan menyuruhnya mengulangi shalatnya.
Sang badui lalu memperbagus shalatnya dengan kesempurnaan, khusyu'
dan thuma'ninah.
Seusai shalat, Ali bin Abi Thalib r.a. bertanya : "Shalat mana yang lebih
baik, yang pertama atau yang kedua?"
Orang badui itu menjawab dengan polos, "Tentu saja yang pertama, sebab
aku melakukannya untuk Allah, sedangkan shalat yang kedua karena aku
takut kena cambuk Amirul Mukminin."

Dari riwayat di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa cinta sejati itu bukanlah cinta kita kepada pasangan kita, bukan cinta kita kepada orang tua kita, anak kita, saudara kita atau yang lainnya, melainkan cinta kita kepada Allah dan Rasulullah s.a.w. Karena dengan cinta kepada Allah-lah kita akan dapat mencintai sesama manusia. Jadi jika kita mencintai seseorang, entah itu pasangan kita, orang tua atau yang lainnya, cintailah hanya karena Allah.

Semoga bermanfaat,,
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Senin, 25 Maret 2013

Ibnu Hajar Si Anak Batu

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sudah dapat pelajaran apa hari ini? Pasti banyak kan?

Kali ini kami akan berbagi sebuah kisah yang sangat menginspirasi bagi kita, apalagi untuk orang awam/bodoh seperti saya.
Kisah ini menceritakan seorang santri yang tadinya bodoh, tapi karena kerja keras, ketekunan dan hidayah dari Allah ia mampu menjadi seorang ulama besar.

Ibnu Hajar Al Asqalani, beliau adalah seorang anak yatim, Ayahnya meninggal pada saat beliau masih berumur 4 tahun dan ibunya meninggal ketika beliau masih balita. Di bawah asuhan kakak kandungnya, beliau tumbuh menjadi remaja yang rajin, pekerja keras dan sangat berhati-hati dalam menjalani kehidupannya serta memiliki kemandirian yang tinggi. Beliau dilahirkan pada tanggal 22 sya’ban tahun 773 Hijriyah di pinggiran sungai Nil di Mesir.


Nama asli beliau adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Qabilah yang berasal dari Al-Asqalan. Namun ia lebih masyhur dengan julukan Ibn Hajar Al Asqalani. Ibnu Hajar berarti anak batu sementara Asqalani adalah nisbat kepada ‘Asqalan’, sebuah kota yang masuk dalam wilayah Palestina, dekat Ghuzzah.



Suatu ketika, saat beliau masih belajar disebuah madrasah, ia terkenal sebagai murid yang rajin, namun ia juga dikenal sebagai murid yang bodoh, selalu tertinggal jauh dari teman-temannya. Bahkan sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah di ajarkan oleh gurunya di sekolah yang membuatnya patah semangat dan frustasi.



Beliaupun memutuskan untuk pulang meninggalkan sekolahnya. Di tengah perjalanan pulang, dalam kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya, hujan pun turun dengan sangat lebatnya, mamaksa dirinya untuk berteduh didalam sebuah gua. Ketika berada didalam gua pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Beliau pun berguman dalam hati, sungguh sebuah keajaiban. Melihat kejadian itu beliaupun merenung, bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena tetesan air yang terus menerus. Dari peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia di asah trus menerus maka ia akan manjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan sabar.



Sejak saat itu semangatnya pun kembali tumbuh lalu beliau kembali ke sekolahnya dan menemui Gurunya dan menceritakan pristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat tinggi yang terpancar dijiwa beliau, gurunya pun berkenan menerimanya kembali untuk menjadi murid disekolah itu.



 Sejak saat itu perubahan pun terjadi dalam diri Ibnu Hajar. Beliau manjadi murid yang tercerdas dan malampaui teman-temannya yang telah manjadi para Ulama besar dan ia pun tumbuh menjadi ulama tersohor dan memiliki banyak karangan dalam kitab-kitab yang terkenal dijaman kita skrang ini. Di antara karya beliau yang terkenal ialah: Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, Tahdzibut Tahdzib, ad Durarul Kaminah, Taghliqut Ta’liq, Inbaul Ghumr bi Anbail Umr dan lain-lain.



Bahkan menurut muridnya, yaitu Imam asy-Syakhawi, karya beliau mencapai lebih dari 270 kitab. Sebagian peneliti pada zaman ini menghitungnya, dan mendapatkan sampai 282 kitab. Kebanyakan berkaitan dengan pembahasan hadits, secara riwayat dan dirayat (kajian).



Catatan: “Kisah Beliau diatas bisa menjadi motivasi bagi kita semua, bahwa sekeras apapun itu dan sesusah apapun itu jika kita betul-betul ikhlas dan tekun serta continue dalam belajar niscaya kita akan menuai kesuksesan. Jangan pernah menyerah atau putus asa, karena kegagalan itu hal yang biasa, tapi jika Anda berhasil bangkit dari kegagalan, itu baru luar biasa.


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang mengubah keadaan mereka sendiri” ( QS. Ar Rad : 11 ).

Wassalamu'alaikum Wr. Wb. 

Kisah Nabi

More on this category »

Label 1

Label 2

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Universitas Kehidupan Islam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger